Mewujudkan kedaulatan pangan, termasuk swasembada gula, sejatinya bukan sekedar menyelamatkan industri gula dan pangan nasional sesuai UU No.18 Tahun 2012, tapi juga membantu mengurangi beban devisa akibat impor, yang ujungnya menyelamatkan nilai tukar mata uang sebagai bagian dari variabel kuatnya fondamen ekonomi makro nasional. Buku yang ditulis oleh Subagio ini bukan sekedar catatan perjalanan karirnya di BUMN bidang gula, tapi lebih menunjukkan bagaimana dinamika bisnis dan existensi pergulaan nasional ini berjalan, khususnya dalam kaitannya dengan cita-cita kemandirian pangan di sektor gula. Meski penulisannya bersifat naratif-informatif, tapi bisa menyajikan tentang keseluruhan pergulaan nasional dari A to Z. Dari buku yang ditulis oleh Subagio ini, pembaca bisa memahami bagaimana rumitnya pergulaan nasional, mulai dari pengusahaan on-farm-nya hingga off-farm-nya, juga tentang bagaimana beratnya BUMN bidang gula menjalankan bisnis komoditas pangan ini, baik secara logika usaha, atau pun secara perannya sebagai salah satu backbone penyangga pangan nasional. Belum lagi menghadapi kebijakan impor yang nota-bene selama ini senantiasa melebihi kuota kebutuhan, sehingga kerap menekan pasar pergulaan nasional. Akibatnya harga pasar menjadi murah, dan petani maupun BUMN bidang gula nyaris tidak mendapatkan keuntungan secara proporsional. Buku ini meski singkat, namun bisa menjadi pemicu bagi para pengambil kebijakan untuk bisa menata kembali ekosistem pergulaan nasional jika cita-cita swasembada ingin terwujud. Buku ini juga perlu dibaca oleh kalangan akademisi, birokrasi terkait, atau bagi para pelaku pergulaan nasional, mulai dari petani, BUMN, swasta, pedagang hingga importir, sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagaimana bisa bersama-sama berkontribusi untuk mewujudkan kedaulatan pangan sebagaimana diamanatkan UUD 1945, yang juga dicita-citakan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Buku berjudul "Kaleidoskop Kegiatan Internasional Manajemen FEB Unair 2023"